KIM Unggul di Pilkada Ciayumajakuning, Kalah di Kabupaten Cirebon

Alvayn Falahun Zain Gaga

Cirebon, beritatandas.id – Koalisi Indonesia Maju (KIM), pendukung pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka di Pilpres 2024, berhasil mendominasi Pilkada 2024 di wilayah Ciayumajakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan) kecuali di Kabupaten Cirebon.

KIM, yang menggandeng beberapa partai lain dalam koalisi KIM Plus, mengalami kekalahan di Kabupaten Cirebon, menimbulkan pertanyaan soal strategi yang digunakan.

Menurut pengamat politik Alvayn Falahun Zain Gaga, kegagalan KIM Plus di Kabupaten Cirebon disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk pemilihan figur yang dianggap kurang tepat dan kurangnya optimalisasi mesin partai.

“Kekalahan KIM Plus di Kabupaten Cirebon menunjukkan ketidakcermatan dalam memilih figur untuk kontestasi. Pilkada ini sangat bergantung pada figur, karena partai hanyalah kendaraan. Jika mesin partai tidak bekerja efektif, bukan hanya di tingkat kabupaten, tapi provinsi dan nasional juga bisa mengalami kekalahan,” ujar Gaga.

Hasil rekapitulasi suara di Kabupaten Cirebon menunjukkan pasangan Wahyu Tjiptaningsih-Solichin yang diusung KIM Plus hanya memperoleh 18,76% suara (177.850 suara), tertinggal jauh dari pasangan Mohammad Luthfi-Dia Ramayana (PKB-Golkar) yang meraih 30,40% suara (288.763 suara) dan pasangan Imron-Agus Kurniawan Budiman (PDIP-NasDem) yang unggul dengan 43,73% suara (413.628 suara).

Keunggulan PDIP-NasDem di Kabupaten Cirebon

Gaga menyebutkan, PDIP-NasDem berhasil unggul karena sosok pasangan calon mereka yang dinilai kuat. Imron, calon Bupati dari PDIP, dikenal memiliki kedekatan dengan kelompok masyarakat priyayi, pesantren, dan masyarakat umum.

Sementara, Agus Kurniawan Budiman, calon Wakil Bupati, adalah mantan anggota DPRD Kabupaten Cirebon sekaligus seorang pengusaha sukses yang populer. Kombinasi ini membuat pasangan tersebut menonjol dari sisi popularitas dan logistik.

“Imron mampu masuk ke kantong-kantong suara di luar mesin partai, sementara Agus dikenal luas sebagai figur yang kuat di komunitas lokal, termasuk di kalangan anak muda,” tambah Gaga.

Kelemahan KIM Plus

Sebaliknya, pasangan calon yang diusung KIM Plus dinilai tidak memiliki daya tarik yang cukup untuk menarik perhatian pemilih.

Menurut Gaga, KIM Plus seharusnya mengusung sosok yang tidak hanya bisa mengonsolidasikan koalisi yang besar tetapi juga memiliki kemampuan untuk masuk ke kantong-kantong suara strategis di luar mesin partai, seperti komunitas pesantren dan generasi muda.

“KIM Plus perlu menonjolkan figur yang tidak hanya kompeten, tetapi juga memiliki efek kejut untuk memobilisasi dukungan dari berbagai lapisan masyarakat,” tegas Gaga.

Kekalahan di Kabupaten Cirebon menjadi evaluasi penting bagi KIM Plus menjelang agenda politik berikutnya. Strategi dan pemilihan figur menjadi pelajaran berharga dalam menghadapi persaingan politik yang semakin kompetitif.***

Redaksi

Exit mobile version