Kuliah di UNSIKA Mahal, Dinilai Melenceng dari Tujuan Sang Pendiri

beritatandas.id, KARAWANG – Mahalnya biaya kuliah di Universitas Singaperbangsa (Unsika) Karawang mendapat reaksi keras disemua kalangan masyarakat Karawang, pasalnya Universitas Negeri kebanggaan Karawang yang konon bertujuan guna membangun sumberdaya manusia (SDM) Karawang yang handal dan berpendidikan tinggi, kini terhempas kan dengan adanya biaya besar dan memberatkan, yaitu soal Iuran Pembangunan Institusi (IPI) atau uang pangkal sebesar Rp 45 juta.

Tak urung reaksi tersebut disuarakan dengan adanya aksi unjuk rasa oleh ratusan mahasiswa Unsika pada Jumat (11/9/202) di Kampus Unsika Teluk Jambe Timur,  Karawang.

Terkait mahalnya uang pangkal yang sangat memberatkan tersebut mendapat tanggapan dari salah satu organisasi underbow orang nomor satu di Republik ini yaitu Posko Perjuangan Rakyat (Pospera) Cabang Karawang.

Risna Sundari Purba selaku Ketua Pospera Cabang Karawang sangat menyesalkan terkait mahalnya biaya kuliah berupa uang pangkal mencapai Rp 45 juta rupiah, tentunya ini sangat tidak sejalan dengan tujuan didirikannya Unsika yang beberapa lama ini sudah berstatus Negeri. Dimana tujuan dari pendiri Unsika yaitu ingin membantu masyarakat Karawang yang tidak mampu berkuliah untuk menciptakan sumberdaya manusia Karawang yang handal dan berpendidikan tinggi, namun kini terganjal oleh tingginya biaya.

Rinsa Sundari Ketua DPC Pospera Karawang bersama Bung Adian Napitupulu

“Unsika dalam penerimaan mahasiswa tahun 2020 ini memungut iuran pengembangan yang relatif besar bagi masyarakat, aturan memang membolehkan tetapi harus diingat kondisi sekarang yang semua serba sulit, sementara kebutuhan pendidikan penting, yang kedua harus diingat menurut sang pendiri Unsika, bahwa ruh berdirinya unsika itu dulu adalah untuk membantu masyarakat Karawang yang kurang mampu agar bisa kuliah,” ujar Risna pada tandas.id, Sabtu (12/9/2020)

Masih kata Risna, “Bahkan menurut sang pendiri, untuk perkuliahan mandiri itu harus di prioritaskan orang Karawang, maka dengan dipungut uang pengembangan maka logikanya nanti orang Karawang jadi bayar lebih mahal dibanding orang luar jadi ini bisa di katakan Unsika gagal jadi kebanggaan orang Karawang,” tuturnya.

Risna menambahkan, “Selama ini tidak pernah ada iuran/pungutan itu , sekarang di masa sulit pandemi covid-19, langsung besar sampai nilai Rp 45 juta,  setidaknya paling tidak kisaran paling rendah untuk S2 Rp15 jt, ini malah gila super mahal sekali untuk D3 sajah yang kurang peminat katanya, kisaran sampai Rp 30 jt, jelas ini sangat menyimpang dari tujuan pendiri didirkanya Unsika,” tandasnya.

 

 

Redaksi

Exit mobile version