Yunigsih : Minta Nelayan Rajungan Prioritas Bansos Covid-19

beritatandas.id, CIREBON – Nelayan rajungan yang paling parah mengalami kerugian imbas covid-19. Sehingga, harus menjadi prioritas dalam mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah.

Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat, Hj Yuningsih MM mengatakan, saat ini nelayan rajungan mengalami dampak paling parah imbas covid-19. “Saya tahu betul karena rumah saya di Gebang dan tetangga saya banyak nelayan rajungan. Mereka banyak mengeluh terkait turun drastisnya harga rajungan di pasaran,” ujarnya.

Yuningsih mengungkapkan, harga rajungan turun dratis, bahkan mencapai 90-80 persen. Bisa dibayangkan, yang tadinya harga rajungan Rp100 ribu satu kilo, sekarang menjadi Rp20 ribu perkilonya. Yang tadinya 40 ribu sekarang ada Rp10 ribu perkilonya. Jadi benar-benar harga rajungan turun.

Yuningsih mengatakan, turun drastisnya harga rajungan karena kran ekspor ditutup pasca covid 19. “Kalau rajungan itu pasarnya mayoritas untuk dieskpor. Kalau sekarang ekspornya tutup jadi rajungan disini harganya benar-benar turun,” tuturnya.

Pihaknya meminta pemerintah memprioritaskan bantuan sosial covid-19 ini kepada nelayan rajungan. “Sekarang hampir mayoritas nelayan rajungan tidak melaut mereka menganggur. Itu yang harusnya menjadi prioritas bansos dari pemerintah,” ujarnya.

Yuningsih menyindir jika banyaknya bantuan yang tumpang tindih yang ada dimasyarakat. “Harusnya bansos ataupun bantuan instansi lainnya itu diberikan kepada mereka yang belum menerima bantuan apapun kaya mereka yang sudah PKH nggak usah diberikan bantuan lainnya. Namun kemarin yang saya tahu itu Polair memberikan bantuan kepada nelayan tetapi sipenerimanya itu yang sudah mendapatkan PKH atau bantuan lainnya jadi memang terkesan tumpang tindih,” tutur mantan Wakil Ketua DPRD Kabupaten Cirebon ini.

Terpisah, salah satu pengepul rajungan di Gebang, Heri mengatakan, pihaknya sudah tidak bisa menerima pasokan rajungan kembali dari nelayan. “Karena kita disini saja susah untuk mengeluarkan stok rajungan,” ujarnya.

Hal tersebut terjadi karena kran ekspor telah ditutup. Jadi, sudah tidak ada lagi ekspor rajungan. Kemudian, kedua restoran atau rumah makan juga sepi. Sehingga pengiriman stok rajungan ke rumah makan atau restoran berhenti juga.

Pihaknya juga bingung rajungan yang ada saat ini akan dikemanakan. “Paling kita mengandalkan jual di pasar dan jual di sini saja. Karena kita mau kirim ke mana lagi stok rajungan yang ada saat ini,” tuturnya.

 

 

Redaksi

Exit mobile version