BANDUNG, beritatandas.id – Di tengah era digital yang terus berkembang, masyarakat mulai akrab dengan tren baru bernama homeless media. Istilah ini merujuk pada konten-konten yang tidak terikat oleh platform atau institusi tertentu, seperti video pendek, meme, hingga artikel tanpa nama yang beredar luas di media sosial. Meski praktis dan cepat, format media ini juga memunculkan ancaman serius: hoaks yang menyebar tanpa kendali.
Untuk menjawab tantangan ini, Medialink menggelar Workshop dan Pelatihan untuk Homeless Media di Bandung, dihadiri berbagai komunitas kreator konten dari seluruh Jawa Barat. Acara ini bertujuan meningkatkan kesadaran pentingnya menyebarkan informasi yang akurat dan bertanggung jawab.
“Homeless media sudah menjadi bagian ekosistem media kita. Namun, kehadirannya harus dibarengi tanggung jawab. Jangan sampai menjadi saluran hoaks,” tegas Ahmad Faisol, Direktur Eksekutif Medialink.
Keunggulan utama homeless media terletak pada kecepatannya menyampaikan informasi. Tidak sedikit masyarakat yang mengetahui berita terkini melalui format ini sebelum diberitakan media arus utama. Sayangnya, sifatnya yang tanpa filter membuatnya rentan menjadi ladang penyebaran hoaks.
“Hoaks sengaja dirancang agar mudah tersebar lewat homeless media seperti meme atau video pendek. Format ini memanfaatkan emosi, seperti kemarahan atau ketakutan, sehingga penyebarannya lebih cepat daripada fakta,” ujar Leli Qomarulaeli, Manajer Program Medialink.
Leli juga menambahkan bahwa sifat anonim dari konten homeless media membuat pelacakannya menjadi sulit. Fakta ini diperkuat riset dari Reuters Institute yang menyebutkan lemahnya verifikasi konten di platform ini menjadi celah besar bagi penyebaran informasi palsu.
Namun, bukan berarti homeless media hanya membawa sisi negatif. Jika dikelola dengan baik, media ini bisa menjadi alternatif untuk menyuarakan fakta-fakta yang terpinggirkan oleh media arus utama. Selain itu, komunitas homeless media memiliki potensi untuk melakukan fact-checking kolektif, membantu menekan persebaran hoaks di masyarakat.
Medialink menawarkan beberapa solusi inovatif untuk memaksimalkan potensi homeless media, seperti:
Peningkatan literasi digital agar masyarakat mampu memilah fakta dari hoaks.
Penggunaan teknologi blockchain untuk menciptakan rekam jejak konten yang transparan.
Kolaborasi dengan organisasi pemeriksa fakta seperti Mafindo, AMSI, atau AJI.
Ahmad Faisol percaya, jika dikelola secara bertanggung jawab, homeless media justru bisa menjadi senjata melawan hoaks.
“Ini saatnya kita mengubah tantangan menjadi peluang. Homeless media bukan hanya tentang menyebar informasi, tapi juga membangun kepercayaan dan literasi di masyarakat,” pungkasnya.
Workshop ini menjadi langkah awal untuk mengarahkan homeless media sebagai media alternatif yang kredibel dan berkontribusi positif bagi masyarakat di era digital ini.
Penulis: Rls
Editor: Joe
Leave a Reply