Anggota Komisi II DPRD Jawa Barat Ajak Anak Muda Terjun di Sektor Pertanian

beritatandas.id, Bandung – Minimnya minat anak muda di Jawa Barat untuk terjun menjadi petani menyebabkan terjadinya krisis regenerasi petani muda.

Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2020 Badan Pusat Statistika Agustus 2020, proporsi petani Jawa Barat paling banyak berada pada kelompok umur 45-49 tahun, yaitu sebanyak 36,30 persen, sementara, petani berusia 30-44 tahun hanya 24,06 persen.

Menanggapi fakta tersebut Anggota Komisi II DPRD Jawa Barat Asep Suherman mengajak anak muda untuk tidak ragu-ragu bergelut di sektor pertanian.

Asep menyebut selama ini banyak anak muda yang pesimis terjun di sektor pertanian karena dinilai tidak menjajikan secara ekonomis.

“Padahal kalau kita lakukan dengan penuh perencanaan yang matang, sektor perrtanian bisa jadi sektor yang menjanjikan untuk memenuhi pundi-pundi ekonomi anak muda,” kata Asep Suherman dalam keterangan tertulisnnya pada Kamis, 14 Oktober 2011.

Anggota Fraksi F-PKB DPRD Jawa Barat ini menerangkan, diera kemajuan teknologi ini, anak-anak muda yang mau terjun menjadi petani bisa memanfaatkan platform digital atau media sosial untuk menjual hasil produksinya.

“Karena salah satu persoalan klasik yang terus mendera para petani ini itu adalah distribusi hasil pertaniannnya, untuk saat ini kan bisa lebih gampang bisa lewat internet atau media sosial,” katanya.

Selanjutnya, Asep menyampaikan untuk mengatasi krisis regenerasi petani di Jawa Barat ini perlu ada langkah-langkah strategis yang nyata yang perlu dilakukan oleh pemerintah.

“Jadi harus dayung bersambut, disisi lain kita harus terus memotivasi anak muda, disisi lain lagi yang paling utama harus ada kebijakan dari pemerintah agar ada jaminan yang kongkrit,” paparnya.

Menurutnya, program yang selama ini ada dan diusung oleh Pemrov Jabar terkait dengan regenerasi petani muda ini belum sepenuhnya berjalan maksimal.

Ia berharap, kedepan ada kebijakan dari Pemprov Jabar yang benar-benar jadi solusi atas persoalan krisis regenerasi petani muda ini.

“Bukan hanya sekedar lip service, tapi benar menyentuh hal yang paling substansialnya,” pungkasnya.

Redaksi