Jumlah Petani Terus Turun, DPRD Jabar Sebut Program Petani Milenial Solusi Regenerasi Petani Jabar

beritatandas.id, BANDUNG – Anggota Komisi II DPRD Provinsi Jawa Barat Asep Suherman mengungkapkan saat ini Jawa Barat kehilangan 100 ribu petani produktif. Hal tersebut terjadi akibat berkurangnya lahan karena alih fungsi lahan sehingga para petani memilih untuk beralih profesi.

Menurut Asep, hadirnya program Petani Milenial yang digagas Pemerintah Provinsi Jawa Barat bisa menjadi salah satu solusi regenerasi petani di Jawa Barat.

“Kurang lebih 100 ribu petani di Jawa Barat ini hilang, ada yang meninggal, ada yang lahannya alih fungsi, atau ada juga yang beralih profesi. Ke depan kalau ini tidak diantisipasi Jawa Barat akan menghadapi kelangkaan petani. Jadi tujuanya petani milenial ini selain regenerisasi juga untuk ketahanan pangan,” ungkap Asep, Kamis (29/7).

Selain itu, pihaknya juga menyoroti beberapa hal teknis yang perlu diperbaiki sebagai upaya untuk mewujudkan program petani milenial yang lebih baik lagi ke depan.

“Kami Komisi 2 DPRD Jabar bersama-sama Pemerintah Provinsi Jabar perlu bekerja ekstra, karena memang menciptakan petani tinggal di desa rezeki kota itu bukan perkara mudah, ada kendala kendala lahan dan sebagainya,” ucap Asep.

Terkait dengan peresmian program petani milenial tanaman hias yang baru-baru ini diresmikan, Asep menilai program tersebut dilakukan untuk mengejar keterbatasan lahan yang selama ini menjadi kendala.

“Lahan 2.000 meter bisa menghasilkan penghasilan 4 juta sebulan bagi petani. Saya kira programnya sudah cukup baik untuk awal. Ke depan kita perlu perbaiki bersama-sama,” ujarnya.

Lebih lanjut Anggota DPRD Jabar dari Fraksi PKB tersebut menegaskan regenerasi petani menajadi target utama untuk kembali meningkatakan ketahanan pangan di Jawa Barat.

“Sekarang kita targetnya meregenerasi petani dulu, membentuk mental petani. Karena berbicara bisnis di pertanian sulit, tidak mudah, dapat uangnya susah banyak tantangannya, setelah itu kita kejar ke target untuk ketahanan pangannya. Maka komoditi yang harus didorong bukan lagi tanaman hias tapi komoditi-komoditi yang bisa dimakan” katanya

 

Redaksi