beritatanas.id, Subang – Salah satu cagar budaya atau peninggalan bersejarah yang terdapat di Desa Blanakan Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang adalah Makam Keramat Ki Buyut Perahu.
Makam Keramat tersebut sudah ada sekitar satu abad lebih, yang tepatnya berlokasi di Dusun Karangmulya RT 05 RW 05 Desa Blanakan Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang atau dulunya Karangmulya lebih dikenal dengan sebutan Desa Tua.
Makam Keramat yang mendapat nama Ki Buyut Perahu banyak dikunjungi oleh masyarakat baik dari dalam maupun luar Desa Blanakan, yang mana tujuan kedatangan masyarakat ke Makam Keramat tersebut untuk melakukan tawasul atau do’a bersama dan bernazar dengan cara numpang makan.
Menurut cerita warga setempat, asal muasal makam Keramat Ki Buyut Perahu tersebutlah seorang Raja dari Jawa bersama Permaisuri yang sedang hamil besar dan bersama para Prajuritnya berlayar hendak menuju Pulau Sumatera, dalam pelayarannya raja membawa harta yang sangat banyak berupa perhiasan terbuat dari emas dan logam mulia lainnya.
Di tengah perjalanan tiba-tiba sang Permaisuri meminta berhenti dan meminta kepada sang raja untuk di carikan hati Menjangan.
Karena sangat cinta dan sayangnya pada Sang Permaisuri, Sang raja pun mengikuti keinginan permaisurinya, dan segera memerintahkan ponggawanya untuk menepikan Perahunya, sesampainya di tepian laut sang raja pun dengan ditemani oleh seorang punggawanya turun dari perahu memasuki hutan lebat yang banyak ditumbuhi hutan bakau.
Dalam melakukan perburuan tiba-tiba sang Ponggawa memiliki niat jahat untuk menguasai harta dan permaisuri, tanpa pikir panjang Ponggawa pun menikam sang raja dari belakang dan membunuhnya, setelah sang raja tidak bernafas, hati sang Raja dicongkel kemudian di bawa ke Perahu untuk dipersembahkan kepada sang Permaisuri.
Sesampainya di perahu sang Ponggawa sambil memberikan hati sang Raja kepada Permaisuri, mengarang cerita bohong, kalau sang Raja telah wafat di terkam binatang, nyawanya tidak dapat diselamatkan.
Sang Permaisuri tidak begitu saja percaya kepada pengawalnya, dan memiliki firasat kalau raja dibunuh oleh Pengawalnya, sang permaisuri meminta kepada Ponggawa untuk diantar kepada Sang Raja, namun Ponggawa menolak malah akan memperkosa sang Permaisuri.
Langsung saja sang Permaisuri melobangi Perahu yang ditumpanginya, seketika Perahupun bocor, air laut masuk ke Perahu dan Perahupun tenggelam bersama seluruh harta kekayaan yang ada pada perahu tersebut yang tersisa hanya tihang layarnya saja.
Ratusan tahun berlalu, Pesisir pun berubah jadi rawa, dan lama kelamaan rawa berubah jadi daratan yang kemudian dihuni oleh masyarakat yang bermata pencaharian sebagai Nelayan.
Keberadaan Tihang Layar perahu milik Sang Raja hingga hari ini masih ada, dan oleh warga lokasi dimana perahu itu tenggelam telah dibangun sebuah makam yang dikenal dengan nama Ki Buyut Perahu.
Sampai saat ini Keberadaan Makam Ki Buyut Perahu masih utuh dan banyak dikunjungi oleh para peziarah.
Karena melihat banyaknya para peziarah ke makam tersebut, dengan melakukan kegiatan tawasul atau doa bersama setiap malam Jum’at, dan karena sempitnya tempat untuk melakukan doa bersama, Kepala Desa Blanakan Hj.Isnaeni bersama staff dan warga sekitar, akhirnya membangun Mushala di lingkungan makam tersebut.
Menurut Keterangan Sekdes Blanakan Endin Haerudin,
“Tujuan dibangunnya Mushala di lingkungan Makam Ki Buyut Ciperahu ini, disamping sebagai upaya Pemerintah Desa Blanakan untuk melestarikan Cagar Budaya di Blanakan, juga agar para pengunjung yang hendak bertawasul atau melakukan doa bersama ada tempatnya dan agar lebih nyaman, Alhamdulillah warga pun mendukung baik moril, tenaga dan ada juga yang membantu biaya, Insya Allah Mushala ini akan diberi nama MUSHOLA MA’RIFATUL ISNAIN,” ucap Sekdes Blanakan kepada awak Media.
Reporter : Sunarto Amrullah
Leave a Reply