Ketua Pemuda Tani Jabar Siap Dukung  Program Petani Milenial

beritatandas.id, Bandung – Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Pemuda Tani Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jawa Barat memastikan siap berkolaborasi dengan Pemerintah Provinsi Jabar dalam memajukan sektor pertanian, salah satunya berkolaborasi dengan program petani milenial milik Pemprov Jabar.

“Tentu kami tidak alergi untuk berkolaborasi, program petani milenial ini kan road map-nya seperti apa, mau membidik pertanian apa, siapa, pembiayaannya seperti apa. Tentu kami siap bantu. HKTI insya Allah punya semuanya, kita akan kerja sama,” ucap Oleh Soleh pascadilantik sebagai Ketua DPD Pemuda Tani HKTI Jabar di Hotel Preanger, Kota Bandung, Sabtu (16/10/2021).

Oleh menuturkan, sektor pertanian memiliki potensi besar dalam hal kesejahteraan masyarakat. Hal itu terbukti dari masih berjalannya roda ekonomi pada sektor pertanian meski di tengah pandemi COVID-19.

“Petani ini kan seolah-olah masa depannya burem, padahal kalau dikelola dengan baik, pemerintah hadir di dalamnya, di masa pandemi saja sektor pertanian cukup menjanjikan,” tuturnya.

Lebih lanjut Oleh mengatakan, kolaborasi yang baik antara Pemuda Tani HKTI Jabar dan program Petani Milenial diyakini mampu menciptakan entrepreneur pertanian baru. Sehingga, kesejahteraan masyarakat akan tercapai melalui sektor pertanian.

“Paling pokok adalah bagaimana menciptakan entrepreneur pertanian tercipta, maka lapangan perkejaan semakin terbuka, pengangguran semakin mengecil ujung akhirnya adalah kesejahteraan tercapai,” jelas Oleh.

Kendati demikian, Oleh memberikan beberapa catatan yang harus dibenahi Pemprov Jabar terkait pertanian, salah satunya kepastian pasar dan harga komoditas pangan bagi para petani. Pasalnya, dia kerap menemukan adanya keluhan tersebut seperti harga beras yang turun saat musim panen.

“Saya rasa perhatiannya hari ini kalau saya melihat belum optimal. Kehadiran pemerintah harus konsisten, utamanya adalah soal akses pasar dan stabilitas harga. Hari ini kan contoh beras lah, ketika masa panen ko harga murah, ketika masa tanam harga naik. Nah ini kan ga adil dong,” paparnya.

Selain itu, soal bantuan pendanaan modal bagi para petani yang masih terbilang minim. Padahal, bantuan modal berperan penting dalam meningkatkan sektor pertanian di Jabar.

“Tentu soal pembiayaan, pemprov belum hadir secara utuh karena kalau saya liat masih menggunakan bank konvensional, masih minjem. Mestinya gak boleh begitu dong, dikasih bantuan harusnya bukan hanya permodalan, pendampingan teknologi, edukasi ya, belum tuntas lah,” tandasnya.***