beritatandas.id, PURWAKARTA – Produksi sampah yang dihasilkan masyarakat di Kabupaten Purwakarta, terus meningkat setiap tahunnya. Hal itu terjadi, seiring semakin banyaknya perumahan dan industry di wilayah ini.
Kepala Bidang Pengelolaan Sampah pada Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Purwakarta, Acep Yuli Mulya menuturkan, saat ini pihaknya telah merumuskan langkah stategis supaya bisa menekan produksi sampah tersebut. Tujuannya, tak lain supaya beban TPA Cikolotok, Desa Margasari, Kecamatan Pasawahan bisa berkurang.
“Kami akui, selama ini sampah yang dibuang ke TPA Cikolotok itu masih bersifat campuran, antara sampah organik dan anorganik,” ujar Acep, Senin (14/9/2020).
Salah satu upaya yang saat ini telah dilakukan, terang Acep, yakni dengan mengoptimalkan peran bank sampah. Alasan digulirkannya program tersebut, karena selama ini keberadaan sampah belum termanfaatkan dengan baik. Padahal, jika masyarakat jeli sampah tersebut bisa dikelola menjadi barang bermanfaat bahkan bisa bernilai ekonomis.
“Selain membantu menekan produksi sampah, konsep bank sampah ini juga turut membantu perekonomian warga.
Sehingga, sampah yang dihasilkan ini memiliki nilai manfaat, terutama dari sisi ekonomi,” jelas dia.
Acep menjelaskan, saat ini pemerintah telah memiliki satu induk bank sampah. Selama ini juga telah ada beberapa bank sampah yang dikelola oleh masyarakat di wilayahnya. Para pengelola bank sampah ini, baru tersebar di wilayah perkotaan. Oleh karenanya, ia ingin ke depannya bank sampah bisa menjadi alternatif masyarakat menekan produksi sampah termasuk mendapatkan tambahan penghasilan.
Khusus persoalan timbulan di wilayah perkotaan, sambung dia, pihaknya pun telah menyiapkan konsep TPS 3R. Saat ini, pembangunan beberapa fasilitas pengelolaan sampah yang berasal dari bantuan Kementrian PUPR dan KLHK itu sedang berjalan.
“Untuk TPS 3R ini, kita siapkan di Kelurahan Nagri Tengah, Nagri Kidul dan Kelurahan Sindangkasih. Dengan konsep ini, diharapkan persoalan timbulan sampah di wilayah perkotaan dapat dikelola bersama masyarakat. Hal itu, sesuai Perbup tentang Jakstrada yang mengamanatkan bahwa 70 % sampah harus dikelola dan itu ditargetkan sampai tahun 2025,” jelas dia
Adapun dalam pembangunan TPS 3R ini, Kementerian PUPR memberikan bantuan pembangunan tempat dan alat, serta pemberdayaan masyarakat. Tujuannya, agar 70 persen sampah yang ada disekitar bisa terkelola dan termanfaatkan. Sisanya, atau 30 persen sampah residu baru dibuang ke TPA Cikolotok.
Untuk diketahui, teknologi TPS3R adalah sistem pengolahan sampah dengan inovasi teknologi mesin pencacah sampah dan pengayak kompos yang lebih efektif dan efesien. Adapun hasil pengolahan sampah organik berupa kompos ini, bisa digunakan untuk pupuk tanaman hias dan herbal yang ditanam di lahan sekitar TPS untuk dijual.
Acep menambahkan, khusus untuk penanganan sampah di luar wilayah perkotaan pihaknya pun telah merumuskan konsep lain. Dalam hal ini, pihaknya bekerjasama dengan Kementerian Kordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) RI untuk membangun beberapa TPS terpadu.
“Untuk TPST ini rencananya akan dilengkapi fasilitas berteknologi refuse-derived fuel (RDF),” tambah dia.
Adapun RDF sendiri, merupakan teknologi pengolahan sampah melalui proses homogenizers menjadi ukuran yang lebih kecil. Dari sampah yang dikelola dengan teknologi ini, menghasilkan energy terbarukan sebagai pengganti bahan bakar batu bara.
“Salah satu lokasi TPST ini, rencananya di bangun di Desa Tegalsari, Kecamatan Tegalwaru. Jadi nantinya, untuk masalah sampah di Kecamatan Tegalwaru, Sukatani, Plered, Darangdan, Bojong dan Maniis tak lagi harus jauh-jauh dibuang ke Cikolotok. TPST ini dilengkapi fasilitas RDF bantuan dari Indonesia Power dengan kapasitas 30 ton,” ujarnya.
Redaksi
Leave a Reply