DPRD Jabar Menyebut Pemekaran Desa Penting untuk Solusi Pemerataan Pembangunan

beritatandas.id BANDUNG – Anggota Komisi I DPRD Provinsi Jawa Barat Sidkon Djampi mengatakan pemekaran desa sangat penting dilakukan sebagai satu di antara solusi memeratakan pembangunan di desa.

“Dibandingkan Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur yang punya 7.000 desa, kita hanya 5.312 desa. Jadi perbedaan fiskalnya juga Rp 1 triliun sampai Rp 2 triliun,” katanya melalui ponsel, Rabu (7/4/2021).

Sidkon mengapresiasi Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang cepat tanggap dalam merespons pemekaran daerah.

Ini perlu diteruskan dengan data desa yang presisi, yakni peta spasial dan numerik dipadukan.

“Karena dengan berbasis data yang akurat maka batas desa juga nanti enggak akan ada konflik. Jadi harus batas itu dulu, datanya presisi dulu,” kata Sidkon.

Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat Setiawan Wangsaatmaja mengatakan pentingnya pemekaran desa guna mempercepat pelayanan publik.

Maka ketika pemekaran kabupaten/kota yang saat ini sedang diajukan ke pemerintah pusat, otomatis desa-desa pun akan terbagi.

Jabar Juara Lahir Batin, katanya, hanya dapat diwujudkan jika desa/kelurahan di kabupaten/kota bergerak maju. Salah satu indikatornya infrastruktur memadai desa yang dapat menstimulus pergerakan ekonomi.

Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah lama memiliki program Jamu (Jalan Mulus) yang telah dicanangkan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.

Menurutnya, banyak sekali daerah terhalangi sungai atau ngarai yang menghambat laju pergerakan manusia.

“Indikator kedua adalah kita harus akses keterhubungan antardesa. Kita ada namanya program Jantung Desa (Jembatan Gantung Desa),” katanya.

Untuk Jabar Juara Lahir Batin, perdesaan harus mulai menghasilkan inovasi dengan menggenjot SDM melalui pelatihan dan keilmuan.

“Karena kalau kita cuma sekadar membangun tanpa dikelola dengan baik, itu pun akan jadi masalah,” katanya.

Dalam perkembangannya, inovasi harus selaras dengan kemampuan menguasai dunia digital.

Sehingga hasil produk desa ini bisa langsung dipasarkan oleh petani atau produsen ke pembeli melalui gawai.

“Dengan cara seperti itu otomatis desa ini akan langsung dipertemukan dengan para pembeli,” kata Setiawan.

 

Redaksi