Johan J Anwari Prihatin Ada Siswa Tidak Boleh Ikut UAS

beritatandas.id, Bandung – Anggota Komisi V DPRD Jawa Barat, Johan Anwari mengungkapkan rasa keprihatinannya terhadap seorang siswa dilarang mengikuti Ujian Sekolah hingga terancam akan di Drop Out (DO) oleh pihak sekolah swasta di Kecamatan Pedes, Karawang, Jabar.

Menurutnya, pihak sekolah harus memberikan hak pada siswa untuk tetap mengikuti ujian, mengingat situasi ditengah wabah pandemi Covid-19 sangat berdampak serius terhadap perekonomian masyarakat.

“Mengingat dampak dari wabah pandemi Covid-19 ini begitu sangat terasa terhadap semua kalangan masyarakat, hingga mempengaruhi perekonomian masyarakat menjadi sulit. Maka dari itu, pihak sekolah harus memberikan hak keringanan kepada siswa untuk ujian bahkan keringanan bayar iuran SPP,” ungkap Johan, Kamis (29/04/2021).

Dengan adanya kejadian yang menimpa seorang siswa bernama Tegar Yanuar (17) asal Dusun Pedes 1, Desa Payungsari, Kecamatan Pedes, Karawang, Jawa Barat dilarang untuk ikut Ujian Sekolah dan terancam di DO, membuat dirinya prihatin atas kebijakan yang dikeluarkan oleh sekolah swasta tersebut.

“Tidak bisa dibiarkan begitu saja, sudah sepatutnya seorang siswa itu mendapatkan haknya untuk menimba ilmu. Disamping itu, yang terpenting buat Tegar dan orangtuanya tetap semangat. Saya ikut prihatin atas apa yang terjadi, semoga Allah SWT mudahkan segala perjalanan keluarga Tegar,” tambah dia menyampaikan.

Sebelumnya, Dedeh (50) yang merupakan Ibu Kandung Tegar ini, langsung mencurahkan perasaan pilunya sebagai seorang Ibu Kandung yang sedih melihat putra bungsunya itu, dilarang untuk mengikuti UAS. Kesedihannya semakin menjadi saat mengaku mendapat kabar yang menyebutkan, bahwa putra bungsunya itu bakal terancam di DO.

Rupanya faktor kondisi ekonomilah yang menjadi kendalanya. Dedeh mengaku sudah tidak sanggup untuk melunasi seluruh tunggakan sekolah anaknya yang perkirakan mencapai Rp 4.525.000,-.

“Bukan saya tidak mau bayar iurannya Tegar, tapi apa daya dengan keadaan saya seperti ini. Jujur, saya tidak punya uang sebanyak itu,” ungkap Dedeh yang sesekali tangannya terlihat mengusap air mata di wajahnya, Rabu (28/04/2021).

Saat ini, keluarga Tegar hanya berharap akan hadirnya sebuah keajaiban sang maha kuasa untuk nasib putra bungsunya guna tidak dikeluarkan dari sekolahnya dan berharap anaknya bisa mengikuti UAS di sekolahnya hingga dapat dinyatakan lulus dari SMK ITENAS Pedes.

“Kepada pihak sekolah, saya mohon bantuan keringanannya untuk anak saya. Tegar harus tetap bisa ikut ujian supaya lulus dan bisa mencari pekerjaan sebagai pegawai pabrik di Karawang. Masalah biaya, saya tetap mengusahakannya buat nyari dulu. Biarin ijazah di tahan sama pihak sekolah sebelum dia bisa melunasi iuran yang menunggak,” harapnya.

 

Redaksi