beritatandas.id, BANDUNG – Ketua Komisi X DPR RI, Syaiful Huda menegaskan, pihaknya meyakini efektivitas sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di Indonesia yang diberlakukan selama pandemi Covid-19 ini hanya 30 persen.
Hal itu menurutnya berdasarkan pengakuan langsung dari para tenaga pendidik di seluruh daerah di tanah air ini, pada saat melakukan tugas pengawasan ke daerah-daerah.
“Hasil survei itu rata-rata mengatakan PJJ efektif antara 50 sampai 70 persen. Lalu saya keliling Indonesia, rata-rata pengakuannya hanya 30 persen,” ujar Huda.
Menurutnya, pengakuan langsung saat dialog dari para tenaga pendidik, lebih obyektif ketimbang memakai data hasil uji petik dari beberapa orang dengan metode survey.
“Jadi sepakat ya yang 30 persen itu. Artinya 70 persen pelajaran anak didik kita tidak terlaksana dengan baik. Ini jadi catatan penting saya, saya kumpulkan semua dokumen setelah berkeliling (Indonesia),” ungkap anggota Fraksi PKB ini.
Menyinggung soal kurikulum pendidikan selama pandemi, lanjut dia, Kemendikbud telah mengeluarkan tiga pilihan, yakni, pertama dengan tetap menggunakan kurikulum 2013, kedua menggunakan kurikulum darurat, dan ketiga kurikulum yang sifatnya inisiatif dari masing-masing sekolah.
Huda mengaku, Komisi X DPR sebagai mitra kerja Kemendikbud lebih mendorong sekolah untuk mengambil opsi kedua atau ketiga.
Menurutnya, opsi pertama, yakni kurikulum normal akan membahayakan siswa termasuk orang tua siswa, yakni risiko depresi atau ketertekanan, karena pembelajaran secara daring sangtalah terbatas.
“Saya bahagia kalau di Cianjur ini menggunakan opsi kedua atau prakarsa masing-masing sekolah. Kalau masih ada yang menggunakan kurikulum normal saya minta stop hari ini juga,” ungkap Huda.
Ia mengaku khawatir karena di beberapa daerah masih ada yang memaksakan memakai kurikulum normal.
“Efeknya panjang, siswa depresi di rumahnya, orang tuanya stress karena mereka tidak pernah mendidik anaknya secara langsung dalam konteks pelajaran,” katanya.
Redaksi
Leave a Reply