Sri Rahayu Agustina Kecam Perilaku Pemerkosa Gadis di Tasikmalaya, Dilakukan Satu Keluarga

Bandung, beritatandas.id – Kasus pemerkosaan terhadap seorang gadis berusia 17 tahun oleh satu keluarga, di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, dikecam anggota Komisi V DPRD Jawa Barat.

Anggota Komisi V DPRD Jawa Barat Sri Rahayu Agustina menilai, tindakan tersebut merupakan wujud perilaku biadab dari seorang ayah, yang seharusnya mendidik anaknya. Tapi malah ikut-ikutan memperkosa gadis tersebut.

Diketahui sebelumnya, seorang pria berinisial DA (46) mengaku mempergoki anaknya FA (18) sedang memperkosa seorang gadis berusia 17 tahun di kamar rumahnya usai pesta minuman keras. DA melihat ada dua rekan FA yakni YO (18) dan RE (18) turut membantu bahkan mengantri untuk memperkosa gadis tersebut. Sang ayah DA mengaku, sempat memarahi anaknya usai memperkosa korban dan pergi keluar kamar bersama rekan-rekan anaknya. Bukannya menolong korban, sang ayah justru melakukan hal sama karena tergoda melihat korban, sebab ia mengaku sudah dua bulan ditinggal kerja istrinya ke Majalengka, Jawa Barat.

“Ini kan tindakan tidak terpuji apalagi di lakukan di rumah orang tua, orang tua seharusnya sebagai kontrol anaknya malah ikut-ikutan. Menutut saya ini sangat biadab,” ujar Sri ketika dikonfirmasi melalui pesan tertulis, Minggu, 17 April 2022.

Sri yang juga dikenal seorang aktivis perempuan dan anak, tentu sangat kecewa terhadap perilaku keluarga biadab tersebut.

“Bagaimana bisa mendidik anaknya sedangkan bapak nya sendiri ikut serta, inilah nahasnya peran dari seorang ibu. Bagaimana seorang ibu bekerja untuk membantu perekonomian keluarga, tapi di sisi lain suaminya malah berbuat yang tidak senonoh, bahkan tidak bisa mendidik anaknya menjadi anak yang baik, anak yang soleh,” kata dia.

Atas kejadian tersebut, ia mengimbau agar para orang tua tetap waspada mengawasi anaknya, baik dari kehidupan keseharian, pergaulan, serta pengasan pemakaian gawai sang anak.

“Orang tua tetap harsu mengawasi anak-anaknya, karna dengan bahaya gadegate (gawai) ini yang merubah tatanan dan karakter. Salah satunya karena adanya media sosial, maka kontrol dari orang tua juga harus lebih ketat lagi, dan bekal agamanya harus lebih diperdalam lagi,” pungkasnya.***

Redaksi